April 11, 2013

Kidal Jenuh....

Banyak orang yang sering bertanya tentang kondisiku yang sebenarnya. Mengapa begitu doyan keluar masuk rumahsakit? Sebenarnya, aku juga tak bisa menjawabnya karena bingung harus memberikan alasan benar seperti apa. Pasalnya, aku juga bingung ada apa dengan kondisiku sebenarnya? Aku ingat, saat masih duduk di bangku SD staminaku masih begitu baik. Daya tahan tubuhku memang sudah lemah sejak kecil, di karenakan asupan ASI yang tidak memenuhi standard. Tapi, saat itu aku masih mampu menjadi ketua satu angkatan dalam segala event, masih mampu mengikuti berbagai aktifitas sosial sampai akhirnya menerima predikat sebagai siswi ter-aktif.
Kehidupanku baru mulai berubah sejak memasuki usia SMP. Di dasari pada daya tahan tubuh yang amburadul, seiring aktifitas yang padat, kondisi drop mulai sering mendatangiku. Kerjaanku sejak SMP hanya keluar-masuk rumahsakit. Ah, sampai bosan menjalani kehidupan yang seperti itu.
Usaha? Udah ribuan persen usaha untuk sembuh, ngikutin semua rambu-rambu dokter. Ngikutin rambuh merahnya, kuningya, hijaunya. Sempat aku menerima berita bahwa 87% berhasil di sembuhkan, tetapi LAGI, kondisi drop dengan thypoid yang bersarang 3 bulan menurunkan angka yang awalnya berhasil membahagiakanku. Hahastagah. Benar-benar kehidupan yang senang membuatku bosan menjalaninya.
Sering aku berpikir untuk pasrah dan membiarkan apa yang akan terjadi. Jika sakit, ya sakit. Jika mati, ya mati. Jika sehat, ya sehat. Tapi seiring kemunculan satu per satu manusia yang senantiasa menyemangatiku, persepsi itu perlahan ku ubah. Aku ingin sehat. Ingin berjalan normal kembali, meraih jutaan mimpi yang tlah ku gantung. Aku ingin sembuh. Aku jenuh dengan kasur dan suasana rumahsakit :')

An-Nur ; 44


"Allah mempergantikan malam dan siang.  Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang memiliki pengelihatan."  (Q.S. An-Nur : 44)


Pada kutipan ayat diataslah aku sedikit-banyak mulai belajar tentang kehidupan. Atas dasar ayat Al-Qur'an tersebut, aku mulai belajar menapaki jalan-jalan hidup sembari mengambil setiap ilmu di dalamnya. Aku mulai mempelajari banyak hal yang selama  ini ku pilih untuk ku abaikan. 

April 10, 2013

A Thousand Years


Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer


I have died everyday waiting for you

Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

Time stands still

Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this

One step closer

I have died everyday waiting for you

Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more

one step closer

one step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more




( remember? this song tells about your story, when you're waiting for me, waiting my attend front you again :')

Kidal Missing You, Boy x'')

Kidal Miss This Moment

16 Maret 2013 ...
22.54 WIB --> lagi nongkrong gak jelas sibuk ngobrol ketawa apalah yang di ketawain, @ Circle K
(gue masuk mobil, niatnya mau istirahat dengan sebab kepala yang pening berat. tapi istirahat keganggu sama kelompok berbeda yg juga lagi ikutan nongkrong di tempat yang sama)

00.00 WIB --> keluar dari mobil, duduk di kursi kosong (sisa 1) sebelah seorang baju biru, sambil ngomel-ngomel sendiri.

17 Maret 2013 ...
00.30 WIB --> seorang baju biru ngambil hape (entah punya siapa juga gak merhatiin), trus muter lagu.
(semua diem, sampe kedengeran suara piano)

"heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i’m afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer....."

Wuss, yang keputer lagunya Christina Perri - A Thousand Years. Ampun deh, tambah kena gojlokan cewek jilbab sama Mba Kesayangan. Tambah gabisa tingkah macem-macem selain nutupin muka dan berusaha nahan mimik senyum. Baju Biru dengan santainya semakin mengeraskan volume lagu. Tambah bingunglah gue.

"i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

time stands still
beauty in all she is
i will be brave
i will not let anything take away
what’s standing in front of me
every breath
every hour has come to this
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more

one step closer
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more"

Sampe akhirnya lagunya selesai, semua mutusin balik ke mobil dan melanjutkan perjalanan malam.

Kesannya? Sampai hari ini A Thousand Years masih menjadi playlist utama :')
Kidal Miss This Moment, Boy :'')) Could I repeat it?? :'))

Satu Cerita ...

Ingat?
Bagaimana sebuah pertemuan klasik yang akhirnya menuaikan cerita terbaik dalam berangkas kenangan? Penyatuan 'junior-senior', penyatuan 'bukan siapa-siapa' menjadi 'we are something together', penyatuan 'tidak kenal siapa-siapa' menjadi 'saling mengenal'. Ingatkah?
Contohnya aku, yang mengenal dia melalui perkenalanku dengan soulmate sahabatku. Lalu, aku yang semula hanya aku menjadi kita. Siapa? Aku, dia dan kalian. Kita. Semua. All of us. Pertemuan yang hanya sekali berjabat tangan dan menuturkan nama, yang kemudian memberikan jalinan 'teman'. Bahkan, peran senior sebagai kakak, dan tokoh junior sebagai adik.
Ingat?
Sebenarnya, semua itu merupakan pertemuan terlalu klasik jika di ingat. Tapi ya, jika sekali lagi kamu mengingatnya, maka kamu tak akan pernah lupa. Bagaimana wajah-wajah kaku, mulut-mulut yang membungkam, mata yang hanya tertuju pada kesibukan masing-masing, tanpa ada satu pun yang berusaha sesekali membuka topik pembahasan. Tak ada. Semua sibuk dengan gadget pada genggaman tangan masing-masing. Aku pun.
Awalnya, aku hanya menganggap pertemuan singkat itu sebagai basa-basi malam yang tak akan pernah terulang. Bahkan, setelah pertemuan klasik itu tak sedikit pun aku berpikir akan menjalin komunikasi yang lebih baik dengan semua dari mereka.
Dugaanku? Meleset 360 derajat! Pernah aku meninggalkan sgala rasa dan cerita di kota perantauanku, aku menyebut kepergiaanku 'on the way to healthy' sebab aku pergi untuk mengurus kesehatanku. Ingatkah? Sepanjang perjalananku mencari kesembuhan, mereka lah yang sibuk memberiku semangat melalui sosial media. Mereka! Mereka yang hanya aku kenal melalui jabat tangan sekali, mengenal melalui nama, lalu tak ada lagi perkenalan lebih lanjut, justru mereka lah yang sibuk menyemangati dan mendoakan setiap langkah perjalananku menuju sehat. Astagah! Benar-benar di luar jangkauan pikiranku. Ku pikir, pertemuan itu hanya penghibur malam itu saja. After that, nothing else.
Ku sibukkan jemariku mengetik ribuan rasa terimakasih pada mereka. Benar-benar mereka jauh seperti orang-orang yang telah mengenalku begitu lama. Padahal jika di pikir, perhatian darii mereka itu seperti hal yang terlalu impossible untuk di percaya. Hanya berdasarkan tatap mata satu kali, tak ada perbincangan, tak ada tanya-jawab, tak ada komunikasi yang lebih lanjut, lalu tiba-tiba mereka muncul dengan segudang doa dan perhatian?? It's time to me say, WOOWWW!!! (haha, alay dal -_-)
Finally, aku pulang! Sampai di kota perantauanku dan melakukan pertemuan exclusive dengan mereka. Melwati satu malam panjang bersama-sama. Bahkan sampai pagi, masih bersama mereka. Awal pertemuan aku benar-benar canggung. Bingung mau berucap apa. Sajaknya, aku merasa bukan siapa-siapa untuk mereka, lalu tiba-tiba muncul mengikuti jalur malam panjang mereka. Benar-benar seperti alien dari luar angkasa yang numpang di kendaraan manusia bumi. Itu yang aku rasa di waktu pertama.
Kecanggungan berakhir ketika sebilah kenyamanan merengkuh jasadku. Ah, akhirnya aku tak lagi merasa seperti makhluk luar angkasa yang tersesat. Aku mulai nyaman bersama mereka. Aku mulai mengerti bagaimana mereka 'bermain'. Aku mulai paham.
Satu malam yang di lalui bersama, tidur dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan, sampai akhirnya mengejar sun rise di pantai, lalu melangsungkan sarapan bersama. Selama itu, sepanjang dongeng berlangsung, aku mulai menempatkan mereka sebagai kakak. Aku mulai belajar mempercayai seorang. Aku mulai belajar membuka diri pada apa yang ingin menyambutku dalam kehidupannya. Aku belajar dari nol setelah setahun lebih aku memutuskan untuk berjalan seorang diri dan hanya mengulurkan tangan pada yang membutuhkan tanpa percaya menyambut uluran tangan siapapun. Setahun lebih aku seperti itu. Dan pertemuan bersama mereka, aku kembali belajar. Seperti kembali membangun kepercayaanku sendiri untuk orang lain, mulai dari nol.
Sampai hari aku terbaring seperti ini, otakku masih mengingat betul kejadian pertama sampai terakhir kali, kemarin. Rekamannya masih begitu jelas. Entah bagaimana dengan mereka disana. Masih ingatkah? Atau sudah di tutupi ingatan lain? Yah, apapun yang terjadi pada mereka, semoga tak satupun yang berusaha melupakannya :))

April 09, 2013

Waiting For.....


Pertemuan klasik yang akhirnya menyatukan 2 kisah berbeda.
aku dan kamu. menjadi kita.
dia, aku, kamu, menjadi bersama.
hubungan sahabat yang di dalamnya terselip kisah asmara.
mungkin, seringkali terselip tanya mengapa aku yang baru mengenalmu telah mampu berimu kepercayaan membawa hati ini?
jawabannya, kaulah yang membuat.
kelakuanmu, yang terdengar menungguku berbulan-bulan, keyakinan yang kau paparkan padaku, tingkahmu yang seolah merangkulku untuk kau jaga sepanjang malam...
itulah alasanku percayaimu.
sejujurnya, berat untukku melupakan kisah lama di belakangku yang baru berakhir sebelum akhirnya aku memulai kisah baru bersamamu. sangat berat. tetapi waktu mengajariku untuk mengizinkan sekeping hati ini kembali bahagia.
dan waktu terlalu adil, sembari ia mengajariku, saat itu pula ia mempertemukanku denganmu.
pelan, aku mulai merasakan sebuah kenyamanan berada dalam rengkuhmu. sedikit jarak yang tercipta dari bayang kita, seperti menggelisahkanku.
nyamanku padamu, membuatku egois. seperti ingin melarangmu melangkah jauh dariku, dan memaksamu untuk tetap di sebelahku. tetapi kali ini, dewasa yang mengajarkanku.
bahwa dua insan yang telah menyatu, harus belajar bersama untuk menyingkirkan ego.
tetapi, dengan segenap nyaman yang kau beri, aku seperti ingin menghentikan waktu. membiarkan agar lebih banyak saat untuk bersamamu.
aku percaya, aku nyaman dan .... aku mulai belajar tak melihat masa lalu. semua darimu.
tetapi entah apa yang di inginkan waktu pada kita.
klimaks ceritaku dan kamu, adalah kepergianmu yang tiba-tiba menghilang tanpa berucap apapun padaku. tak ada pamit, tak ada alasan, tak ada apapun yang kiranya mampu menenangkanku dan membuat pikiran negatif tidak menyinggahi benakku. tak ada, darimu.
seiring lamanya pergimu, diikuti spekulasi manusia-manusia yang memberitahuku banyak hal buruk tentangmu. banyak, terlalu banyak untuk ku ceritakan.
namun seiring spekulasi itu bermunculan, aku belajar dari dewasa; jika sayang, jika cinta, maka cukup menaruh percaya padanya.
ku lakukan itu. ku lakukan, sekalipun bertumpuk rasa penasaran yang menggelisahkanku tentang menghilangnya kamu dari hadapku.
sampai hari ini, masih kau tak muncul padaku, sebuah kalimatlah yang menguatkanku....
"dulu, kamu begitu sabar dan kuat menungguku. menunggu kepulanganku, menunggu hadirku lagi padamu. hingga akhirnya, kau berhasil mencuri kepercayaan besertah sebongkah hatiku untuk kau miliki. maka mungkin, sekarang giliranku. sekarang waktuku untuk menyajikan bukti padamu, bahwa aku yang ingin kan dirimu. aku yang akan selalu percayaimu. aku yang akan berdiri tegap menunggumu. tak peduli seberapa deras airmata menghujam, tak peduli spekulasi yang beredar. aku selalu padamu."
detik ini pun, aku berlindung dalam doa. doa yang terus ku haturkan agar waktu kembali mempertemukanku padamu. padamu, yang telah berhasil mengalihkan masa laluku menjadi tinggal masa lalu, dan akhirnya memandang masa depan....lihatlah :')

Belum Ada yang Pupus

Malam, selalu menjadi waktu terbaik untuk memikirkan banyak hal. Padanya pula aku sering memanjatkan doa untuk sang Ilah. Banyak hal yang ku pinta. Termasuk kebaikan dalam segala yang ku pilih untuk ku jalani. Maksudnya, kebaikan dalam memilihmu sebagai sandaran, memilih mereka sebagai kakak dan sahabat.
Minimal, dalam sehari aku mengulan bait doa itu sebanyak 5 kali. Kau tahu? setiap pengulangan itu pula namamu tak pernah lepas. Mereka juga. Hanya saja kadar keseringannya lebih sering padamu. Sebenarnya, terasa sedikit kebingungan. Mengapa aku tak mampu berhenti melantunkan namamu dalam setiap doaku, sedang kau seperti berhenti memandang ke arahku. Benar. Aku benar-benar bingung. Sesekali menebak, mungkin karena kehadiranmu dulu yang datang tepat saat aku membuka pintu kepercayaan lagi mengenai cinta. Dan kau berhasil menaklukkannya. Kau berhasil merenggut kepercayaanku dan kau bawa menuju relung jiwamu. Bahkan, setelah sempat aku meninggalkan cerita kita berbulan-bulan, hiruk-pikuk manusia mengabarkanku tentang kesetiaanmu menunggu hadirku kembali. Yah, jelas tak hanya bualan, semuanya terbukti pada omonganmu melalui media, juga terbukti setelah kepulanganku. Saat itulah aku belajar memberanikan diri untuk kembali percaya tentang hal kecil bernama cinta.
Sangat disayangkan. Begitu aku meletakkanmu pada prioritas utama, begitu aku mulai merasakan kenyamanan hebat saat di sebelahmu, begitu aku mulai bernai menyaut uluran tanganmu untuk kau genggam, kau menghilang. Sebenarnya, bukan menghilang hanya seperti pergi dariku. Karena kau masih terlihat pada beranda mediaku. Masih sering muncul dengan percakapanmu bersama orang lain. Tetapi sayangnya bukan aku. Aku merasa seperti teracuhkan olehmu saat itu. Entah, itu hanya perasaanku atau benar realitanya seperti itu yang kau lakukan.
Setelah kisahmu yang tiba-tiba menjauh tanpa berkata apapun padaku, mulai muncul spekulasi untuk meninggalkanmu. Dorongan-dorongan mereka untuk melupakan dan mencoba memikirkan hal baru. Sayangnya, mereka termasuk dalam usaha yang gagal. Tidak semudah itu menjatuhkan percayaku pada seseorang jika bukan dengan mata-kepala-telingaku sendiri yang mendapati kemunafikan orang yang ku percaya. Apalagi kamu, orang yang telah berhasil mengembalikan kepercayaanku seutuhnya tentang cinta.
Sepanjang spekulasi itu memenuhi mediaku, aku masih terus menaruh percaya padamu. Aku masih terus berusaha untuk memikirkan segala hal positif tentangmu. Aku berhenti mencari di media, bukan karena spekulasi yang muncul. Lebih tepatnya, karena aku yang tak ingin mengganggu konsentrasimu yang ku tahu sementara mengejar mimpi yang telah kau gantung tinggi. Aku berhenti mencarimu, untuk membiarkanmu meraih sukses yang kau inginkan.
Tetapi aku yang berhenti pada itu, bukan melupakanmu. Justru kau melakukan pemikiran yang salah besar jika terlintas seperti itu. Aku masih menunggumu. Menunggu penjelasan jujurmu, menunggu hadirmu kembali, menunggu uluran tanganmu lagi. Dan lagi, aku masih percayaimu. Percaya tentang kau yang akan kembali esok hari dan akan kembali memberiku kenyamanan yang utuh. Seperti kemarin.
Aku masih padamu. Tak peduli sebanyak apa spekulasi berkonotasi negatif tentangmu. Yang jelas, kepercayaanku belum runtuh untukmu. Masalah spekulasi itu benar atau tidak adanya, aku telah persiapkan diri untuk menerima sakit luar biasa jika itu benar. Sudahlah, itu masalah di belakang nantinya, yang terpenting sekarang aku masih menunggmu. Sama seperti yang kau lakukan saat aku tak hadir padamu. Masih. Akan. Terus menunggu hadirmu, lagi....
Lihatlah............... :')

January 24, 2013

Manusia VS (CS) Dirinya

Sebuah kisah, tentang hidup yang memiliki dua sisi, dua dukungan yang berbeda, dua pendapat yang berbeda, serta dua kepercayaan yang berbeda...

Kidal          : Nda datangka ta'siyah, adaka di jogja, opname ka juga :(
Manusia 1   : Sakitko? sakit apa ko weh?
Kidal           : penyakit saraf di kepala, vert***
Manusia 1   : Deh kodong :( pulang meko dek, terlalu parah mi itu kalo sendiri ko disana
Kidal          : Banyak ji yang sependapat dengan kau, tapi orangtua? tidak
Manusia 1   : Teganya itu ortumu kalo nda mau na kasih pulangko
Kidal          : Begitu memang anak sulung, harus mandiri :) hehehe
Manusa 1    : Nda mesti ji disana mandirinya toh? disini juga bisaji
Kidal           : kayak nda ko tau saja pace mace ku
Manusia 1   : Andaikan banyak uangku sya yang kesana jagako dek
Kidal           : Hahahaha :D

Ada pula yang memberitahuku seperti ini...

Manusia 2  : Pulang meko adekkuuuuuu
Kidal          : bayarkanka tiket pesawat nah? hehehe
Manusia 2  : Seriuska ine, di bantu meko 'itu' uruskan disini, jgn mko disana
Kidal          : tapi nda enakka sama 'itu' e, dia kodong di marahi, dia di tuduh, dia kena sasaran :( padahal ndada salahnya, kemauanku ji semuanya :'(
Manusia 2  : Ada pko disini baru ko jelaskanki semuanya, jgn mko pikir itu dulu yg penting skrg pulang mko dulu adek
Kidal          : Seakan2 tersangka ka we
Manusia 2  : Jangan mko bilang begitu!! tidak ji itu!! sementara ji, salah paham ji itu orangtua semua!!
Kidal          : :(
Manusia 2  : Sudahmi, jangan mko pikirki. Kita disini kasian semua sama kau, keras sakit mu nah di kasih begitu ko sama ortumu
Kidal          : Tidakji, itu ortuku begitu krn anak sulung ka, di ajarika supaya bisaka mandiri, krn suatu saat nanti pasti adekku akan jadi tanggunganku, bukan lagi mereka
Manusia 2  : Tapi caranya salah. Terlalu di paksako. Andaikan sakit biasanya jko nda papaji, kah ku tau mandiri jko, kuat jko juga, berani jko. Tapi apa sakitmu skrg? saraf weh!! Cewekko!! Nda wajar itu kalo sendiriko
Kidal          : Toh juga kalo pulangka nda aman kondisi krn sama ka maceku baru ko tau mi saya sama mace bemana
Manusia 2  : Memangnya cuma macemu? Ada ja, adaji sepupu2mu disini banyak yang lebihlebihlebih sayang sama kau, lebih peduli sama kau lebih care!!
Kidal          : Kenapa kalian bisa begitu ke saya tpi orang2 yang saya harap justru nda? :'(
Manusia 2   : Disitu mi ko liat siapa yang selalu ada saat kau susah {}

Tetapi, seseorang memiliki argumentasi berbeda. Tak sesuai dengan manusia-manusia lainnya...

Dirinya  : "....Lagipula, peluang untuk sukses disana itu lebih besar ketimbang disini. Banyak hal yang bisa kamu capai disana, sementara disini? Peluangnya kecil. Kamu lebih bisa membuka diri dan wawasan yang lebih luas disana, disini kamu tak akan mendapatkan apa-apa untuk masa depanmu..."

Sudut pandang yang terakhir tadi menggambarkan ambisi seseorang untuk membuatku lebih sukses. Lebih melihat pada peluang dimana untuk sukses dan berkembang untuk masa depan. Sementara sudut pandang manusia-manusia lain lebih pada kesehatanku. Lebih pada kondisi diriku. Sempat membuatku bimbang, entah mana yang salah dan mana yang benar. Jika menurut hasil perenunganku selama beberapa hari ini keduanya benar, tak ada yang salah. Mereka terdiri dari dua kubu yang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Mungkin ini saatnya aku yang membuat keputusan sendiri, mencakup dari kedua sudut yang berbeda itu, mengambil jalan tengahnya, dan menemukan jalan yang sesuai.

Yogyakarta, 24 Januari 2013 ,
Kidal

January 18, 2013

Pemberian Indah, di Balik Kehancuran

Aku merasakannya. Kini aku merasakannya. Merasakan semua yang selama ini telah terpendam. Berawal dari diri yang terlalu tertutup menyebabkan kelumpuhan organ tubuh bagian dalam. Kini aku berasakan sakit yang luar biasa. Tuhan memang adil. Ia memberikanku sakit luar biasa ini untuk aku mengerti bahwa tak semua hal mampu ku pendam seorang diri. Melalu ini, Tuhan pula menunjukkanku seberapa banyak tangan yang ingin membantuku bangkit, seberapa banyak mata dan telinga yang selalu memperhatikanku diam-diam, seberapa banyak jiwa yang mendoakanku, dan seberapa banyak hati yang merindukanku. Tuhan memang adil.
Terkadang sebelum aku merasakan nikmatnya sakit ini, syaitan seakan membisikkanku tentang kesengsaraan akan sakit. Seakan membuatku jatuh dan tak mampu untuk berdiri lagi. Tetapi, ketika banyak manusia ikhlas yang dipertemukan Tuhan denganku, maka aura negatif itu akan hilang. Sirna seakan tak pernah ada. Walaupun tak permanen. Setidaknya Tuhan pernah menunjukkanku mereka yang masih menganggap diriku ada.


Yogyakarta, 18 Januari 2012
Kidal

January 16, 2013

Aku Butuh Kalian

Aku bukan seorang pembohong. 
Aku bukan seorang yang senang merangkai cerita untuk membohongi kepingan orang untuk membelaku.
Aku ini bukan seorang pembohong! 
Aku sakit dan aku yang merasakannya! 
Aku merasakan betul kepedihan dan semua yang menyiksaku. Mengertikah kalian? 
Aku tak pernah bohong ketika aku memutuskan untuk memberitahukan sakit ini! 
Aku benar-benar merasakannya!
Bisakah sekali saja kalian mempercayaiku? 
Bisakah sekali saja kalian benar-benar percaya dan mendengarkanku?! 
Aku lelah menyembunyikannya sendirian, merasakan sakit ini sendirian, aku lelah.
Seperti hampir tiap hari aku merasakan bertemu dengan pengambil kehidupan. 
Seperti hampir tiap hari aku memperjuangkan untuk tidak ikut bersamanya.
Andai kalian mengerti seberapa berat menahannya. 
Aku butuh kalian. 
Bukan hanya sekedar mendanai hidupku. 
Tetapi aku juga butuh kalian untuk mempercayai dan membantuku.
Sudah cukup lelah aku merasakan setiap luka itu sendirian. 
Berjalan di atas duri sendirian. 
Aku buth kalian. 
Andai kalian dapat merasakannya. 
Andai kalian dapat mengerti sakitnya melalui setiah detik waktu bersama luka.
Aku telah rapuh! Aku butuh kalian dan kepercayaan itu! 


Yogyakarta, 16 Januari 2013
Si Kidal

January 13, 2013

Sahabat! Ingatlah Ini!!

Sahabat, masih ingatkah kau tentang kisa ini? Saat kita kecil dulu ...

Ini bukan tentang cinta monyet anak ingusan, bukan pula perjalanan hidup yang drama, tetapi cerita tentang seseorang yang membuat kita mengerti tentang semua hal yang baru akan di pahami oleh orang yang di sebut 'remaja'. Tetapi dia? Membuat kita mengerti sebelumnya untuk mempelajarinya kemudian hari.

Ingatkah?
Hari itu dimana beliau menjadi orangtua di sekolah kita. Beliau mendapat amanah besar untuk menjadi wali kita. Awalnya, aku sempat berpikiran bahwa beliau tidak se-care wali kita di tingkat sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, pikiranku berubah.

Sahabat,
aku ingat satu pengalaman inspiratif saat beliau menjadi wali kita. Berawal dari masalah sepele yang menjadi hebat. Pipa kamar mandi sebelah ruangan kita yang bocor, dan airnya merembes masuk ke ruangan kita. Masalah pipa bocor semakin besar dan perbaikan tak kunjung datang. Satu per satu tekel di sudut barat daya ruangan mulai di lepas akibat rembesan air dari pipa bocor tersebut. Di mata semua orang sebuah ruangan dengan tekel yang hilang separuh akan terlihat cacat. Jelek.

Tapi, Sahabat,
amazing him. Beliau berhasil mengubahnya menjadi cantik lagi. Bukan dengan di pasangin tekel lagi, atau karpet, atau plastik, atau apalah yang lainnya. Tetapi beliau, dengan mengambil satu jam pelajaran, meminta kita semua mengumpulkan kerikil putih atau abuabu yang cantik. Kemudian, mereka yang putra dengan badan bongsor di tugaskan membantu beliau mengangkat 3 pot besar yang di tanamkan daun-daun sedang. Mereka mengambilnya dari koridor belakang ruangan. Sekitar 30 menit kemudian, kita yang bertugas mencari kerikil cantik pun kembali dengan membawa banyak sekali gendongan kerikil putih dan abu-abu. Ada yang hanya menggunakan tangan, ada yang menggunakan kertas, dan terakhir menggunakan plastik.

"Ya, anak-anak, sekarang letakkan kerikil-kerikil itu secara berhamburan di sekitar pot. Jangan naik ke atas tekel ya." Kurang lebih, begitulah beliau memerintahkan kita yang membawa krikil. Dengan sigap kita meletakannya. Menurut pengelihatanku sih sedikit acakadul krikilnya. Tetapi beliau tidak tinggal diam, begitu kita menjauh dari area yang telah di hiasi pot dan krikil itu, Beliau segera merapikan krikil-krikil tadi dengan cepat dan rapih. Alhasil, ruangan kita yang awalnya terlihat cacat tersihir menjadi taman yang indah.

Sahabat,
setelah cerita nostalgia tadi, masihkah kalian mengingat semuanya? Tentang Beliau yang membagikan kreatifitasnya pada kita, tentang Beliau yang membagikan pengetahuannya, tentang Beliau yang selalu mempunya sejuta ide untuk memperbaiki yang rusak, dan tentang Beliau yang menjadi wali pertama yang mengajarkan kita tentang kehidupan luar. Semoga kalian masih mengingatnya, sebab aku saja yang tak pandai dalam menghapal masih mampu mengingat setiap memori itu dengan baik :)

Dari cerita ini, ku sampaikan sejuta salamku untuk para sahabat abadiku, yang menemani setiap masa kecilku yang kemudian beralih menjadi remaja. 6 tahun tanpa di pencar. 6 tahun tanpa pemecahan kelas. 6 tahun dengan tetap 1 kelas untuk satu angkatan 2009.
Salam rinduku untuk kalian yang sekarang entah merimba kemana,
Aulia CRN (uli), A Darasita A (raras), Athaya L (aya), Adnan P (adnan), Aida RD (ajat), Awal AF (aso), B Muthi'ah EP (muthi'ah), Chaesari S (sari), Dita C (dita), Dandy AT (dandy), Dinda DR (dinda), D Fajrin (fajrin), Erwin, Geraldo BM (aldo), G Christie K (christie), GK Intaning P (intan), Isdina FSS (isdina), I Adji MS (aji), J Kurniadi D (adi), Jenada GP (jena), Mario B (mario), M.R Gizara (gizar), M. Barqil KA (barqil), M. Husein (husein), M. Fauzan H (ocan), M. Fachri Y (fachri), M. Febrianza EP (febri), M. Rizky K (rizky), Nidia B (nidia), Nurfadhilah SS (neno), Nurul KW (nurul), Ranggo APH (ranggo), Zulfikar AA (fikar).
Dan terakhir, salam rindu dan terimakasihku untuk Beliau wali ter-inspiratif kami,
Sir Abdul Hakim Alle (yang hari ini tengah mengejar impiannya yang pernah ia tuturkan pada kami, berdiri di Amerika) :')


Yogyakarta, 13 Januari 2013
Ketikan Pemimpi

January 05, 2013

Kejujuran Untuk Sebuah Kemustahilan ~

Malam..
Gak tau mau mulai dari mana. Gak ada bahagia hari ini. Malah apa coba? Endingnya gue nangsi 2 menit. Gue gak bisa cerita. Bukan gak mau, tapi gak tau kenapa setelah gue berpura-pura untuk gak ada apa-apa, gue gak bisa cerita banyak. Ke siapapun.
Tapi malem ini, setelah kejadian "bersejarah", gue bener-bener ngungkapin semuanya ke Ayah. Semua apa yang gue mengerti. Tentang kepura-puraan beliau menjadi orang sabar & bijaksana di depan kita selama ini, tentang kondisi yang selama ini di perbincangkan di belakang gue, tentang semuanya! Semua hal yang beliau pikir mungkin gue polos dan gak ngerti apapun.
Bukan mau nambah beban pikiran, tapi gue udah bener-bener gak sanggup untuk terlalu lama diem. Gue anak sulung, gue anak perempuan, gue gak mau ngeliat kondisi yang semakin lama bukannya semakin membaik malah semakin menimbulkan perpecahan dalam keluarga. Gue cuma berusaha mempersatukan, walaupun gue sendiri tau itu MUSTAHIL :')