January 24, 2013

Manusia VS (CS) Dirinya

Sebuah kisah, tentang hidup yang memiliki dua sisi, dua dukungan yang berbeda, dua pendapat yang berbeda, serta dua kepercayaan yang berbeda...

Kidal          : Nda datangka ta'siyah, adaka di jogja, opname ka juga :(
Manusia 1   : Sakitko? sakit apa ko weh?
Kidal           : penyakit saraf di kepala, vert***
Manusia 1   : Deh kodong :( pulang meko dek, terlalu parah mi itu kalo sendiri ko disana
Kidal          : Banyak ji yang sependapat dengan kau, tapi orangtua? tidak
Manusia 1   : Teganya itu ortumu kalo nda mau na kasih pulangko
Kidal          : Begitu memang anak sulung, harus mandiri :) hehehe
Manusa 1    : Nda mesti ji disana mandirinya toh? disini juga bisaji
Kidal           : kayak nda ko tau saja pace mace ku
Manusia 1   : Andaikan banyak uangku sya yang kesana jagako dek
Kidal           : Hahahaha :D

Ada pula yang memberitahuku seperti ini...

Manusia 2  : Pulang meko adekkuuuuuu
Kidal          : bayarkanka tiket pesawat nah? hehehe
Manusia 2  : Seriuska ine, di bantu meko 'itu' uruskan disini, jgn mko disana
Kidal          : tapi nda enakka sama 'itu' e, dia kodong di marahi, dia di tuduh, dia kena sasaran :( padahal ndada salahnya, kemauanku ji semuanya :'(
Manusia 2  : Ada pko disini baru ko jelaskanki semuanya, jgn mko pikir itu dulu yg penting skrg pulang mko dulu adek
Kidal          : Seakan2 tersangka ka we
Manusia 2  : Jangan mko bilang begitu!! tidak ji itu!! sementara ji, salah paham ji itu orangtua semua!!
Kidal          : :(
Manusia 2  : Sudahmi, jangan mko pikirki. Kita disini kasian semua sama kau, keras sakit mu nah di kasih begitu ko sama ortumu
Kidal          : Tidakji, itu ortuku begitu krn anak sulung ka, di ajarika supaya bisaka mandiri, krn suatu saat nanti pasti adekku akan jadi tanggunganku, bukan lagi mereka
Manusia 2  : Tapi caranya salah. Terlalu di paksako. Andaikan sakit biasanya jko nda papaji, kah ku tau mandiri jko, kuat jko juga, berani jko. Tapi apa sakitmu skrg? saraf weh!! Cewekko!! Nda wajar itu kalo sendiriko
Kidal          : Toh juga kalo pulangka nda aman kondisi krn sama ka maceku baru ko tau mi saya sama mace bemana
Manusia 2  : Memangnya cuma macemu? Ada ja, adaji sepupu2mu disini banyak yang lebihlebihlebih sayang sama kau, lebih peduli sama kau lebih care!!
Kidal          : Kenapa kalian bisa begitu ke saya tpi orang2 yang saya harap justru nda? :'(
Manusia 2   : Disitu mi ko liat siapa yang selalu ada saat kau susah {}

Tetapi, seseorang memiliki argumentasi berbeda. Tak sesuai dengan manusia-manusia lainnya...

Dirinya  : "....Lagipula, peluang untuk sukses disana itu lebih besar ketimbang disini. Banyak hal yang bisa kamu capai disana, sementara disini? Peluangnya kecil. Kamu lebih bisa membuka diri dan wawasan yang lebih luas disana, disini kamu tak akan mendapatkan apa-apa untuk masa depanmu..."

Sudut pandang yang terakhir tadi menggambarkan ambisi seseorang untuk membuatku lebih sukses. Lebih melihat pada peluang dimana untuk sukses dan berkembang untuk masa depan. Sementara sudut pandang manusia-manusia lain lebih pada kesehatanku. Lebih pada kondisi diriku. Sempat membuatku bimbang, entah mana yang salah dan mana yang benar. Jika menurut hasil perenunganku selama beberapa hari ini keduanya benar, tak ada yang salah. Mereka terdiri dari dua kubu yang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Mungkin ini saatnya aku yang membuat keputusan sendiri, mencakup dari kedua sudut yang berbeda itu, mengambil jalan tengahnya, dan menemukan jalan yang sesuai.

Yogyakarta, 24 Januari 2013 ,
Kidal

January 18, 2013

Pemberian Indah, di Balik Kehancuran

Aku merasakannya. Kini aku merasakannya. Merasakan semua yang selama ini telah terpendam. Berawal dari diri yang terlalu tertutup menyebabkan kelumpuhan organ tubuh bagian dalam. Kini aku berasakan sakit yang luar biasa. Tuhan memang adil. Ia memberikanku sakit luar biasa ini untuk aku mengerti bahwa tak semua hal mampu ku pendam seorang diri. Melalu ini, Tuhan pula menunjukkanku seberapa banyak tangan yang ingin membantuku bangkit, seberapa banyak mata dan telinga yang selalu memperhatikanku diam-diam, seberapa banyak jiwa yang mendoakanku, dan seberapa banyak hati yang merindukanku. Tuhan memang adil.
Terkadang sebelum aku merasakan nikmatnya sakit ini, syaitan seakan membisikkanku tentang kesengsaraan akan sakit. Seakan membuatku jatuh dan tak mampu untuk berdiri lagi. Tetapi, ketika banyak manusia ikhlas yang dipertemukan Tuhan denganku, maka aura negatif itu akan hilang. Sirna seakan tak pernah ada. Walaupun tak permanen. Setidaknya Tuhan pernah menunjukkanku mereka yang masih menganggap diriku ada.


Yogyakarta, 18 Januari 2012
Kidal

January 16, 2013

Aku Butuh Kalian

Aku bukan seorang pembohong. 
Aku bukan seorang yang senang merangkai cerita untuk membohongi kepingan orang untuk membelaku.
Aku ini bukan seorang pembohong! 
Aku sakit dan aku yang merasakannya! 
Aku merasakan betul kepedihan dan semua yang menyiksaku. Mengertikah kalian? 
Aku tak pernah bohong ketika aku memutuskan untuk memberitahukan sakit ini! 
Aku benar-benar merasakannya!
Bisakah sekali saja kalian mempercayaiku? 
Bisakah sekali saja kalian benar-benar percaya dan mendengarkanku?! 
Aku lelah menyembunyikannya sendirian, merasakan sakit ini sendirian, aku lelah.
Seperti hampir tiap hari aku merasakan bertemu dengan pengambil kehidupan. 
Seperti hampir tiap hari aku memperjuangkan untuk tidak ikut bersamanya.
Andai kalian mengerti seberapa berat menahannya. 
Aku butuh kalian. 
Bukan hanya sekedar mendanai hidupku. 
Tetapi aku juga butuh kalian untuk mempercayai dan membantuku.
Sudah cukup lelah aku merasakan setiap luka itu sendirian. 
Berjalan di atas duri sendirian. 
Aku buth kalian. 
Andai kalian dapat merasakannya. 
Andai kalian dapat mengerti sakitnya melalui setiah detik waktu bersama luka.
Aku telah rapuh! Aku butuh kalian dan kepercayaan itu! 


Yogyakarta, 16 Januari 2013
Si Kidal

January 13, 2013

Sahabat! Ingatlah Ini!!

Sahabat, masih ingatkah kau tentang kisa ini? Saat kita kecil dulu ...

Ini bukan tentang cinta monyet anak ingusan, bukan pula perjalanan hidup yang drama, tetapi cerita tentang seseorang yang membuat kita mengerti tentang semua hal yang baru akan di pahami oleh orang yang di sebut 'remaja'. Tetapi dia? Membuat kita mengerti sebelumnya untuk mempelajarinya kemudian hari.

Ingatkah?
Hari itu dimana beliau menjadi orangtua di sekolah kita. Beliau mendapat amanah besar untuk menjadi wali kita. Awalnya, aku sempat berpikiran bahwa beliau tidak se-care wali kita di tingkat sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, pikiranku berubah.

Sahabat,
aku ingat satu pengalaman inspiratif saat beliau menjadi wali kita. Berawal dari masalah sepele yang menjadi hebat. Pipa kamar mandi sebelah ruangan kita yang bocor, dan airnya merembes masuk ke ruangan kita. Masalah pipa bocor semakin besar dan perbaikan tak kunjung datang. Satu per satu tekel di sudut barat daya ruangan mulai di lepas akibat rembesan air dari pipa bocor tersebut. Di mata semua orang sebuah ruangan dengan tekel yang hilang separuh akan terlihat cacat. Jelek.

Tapi, Sahabat,
amazing him. Beliau berhasil mengubahnya menjadi cantik lagi. Bukan dengan di pasangin tekel lagi, atau karpet, atau plastik, atau apalah yang lainnya. Tetapi beliau, dengan mengambil satu jam pelajaran, meminta kita semua mengumpulkan kerikil putih atau abuabu yang cantik. Kemudian, mereka yang putra dengan badan bongsor di tugaskan membantu beliau mengangkat 3 pot besar yang di tanamkan daun-daun sedang. Mereka mengambilnya dari koridor belakang ruangan. Sekitar 30 menit kemudian, kita yang bertugas mencari kerikil cantik pun kembali dengan membawa banyak sekali gendongan kerikil putih dan abu-abu. Ada yang hanya menggunakan tangan, ada yang menggunakan kertas, dan terakhir menggunakan plastik.

"Ya, anak-anak, sekarang letakkan kerikil-kerikil itu secara berhamburan di sekitar pot. Jangan naik ke atas tekel ya." Kurang lebih, begitulah beliau memerintahkan kita yang membawa krikil. Dengan sigap kita meletakannya. Menurut pengelihatanku sih sedikit acakadul krikilnya. Tetapi beliau tidak tinggal diam, begitu kita menjauh dari area yang telah di hiasi pot dan krikil itu, Beliau segera merapikan krikil-krikil tadi dengan cepat dan rapih. Alhasil, ruangan kita yang awalnya terlihat cacat tersihir menjadi taman yang indah.

Sahabat,
setelah cerita nostalgia tadi, masihkah kalian mengingat semuanya? Tentang Beliau yang membagikan kreatifitasnya pada kita, tentang Beliau yang membagikan pengetahuannya, tentang Beliau yang selalu mempunya sejuta ide untuk memperbaiki yang rusak, dan tentang Beliau yang menjadi wali pertama yang mengajarkan kita tentang kehidupan luar. Semoga kalian masih mengingatnya, sebab aku saja yang tak pandai dalam menghapal masih mampu mengingat setiap memori itu dengan baik :)

Dari cerita ini, ku sampaikan sejuta salamku untuk para sahabat abadiku, yang menemani setiap masa kecilku yang kemudian beralih menjadi remaja. 6 tahun tanpa di pencar. 6 tahun tanpa pemecahan kelas. 6 tahun dengan tetap 1 kelas untuk satu angkatan 2009.
Salam rinduku untuk kalian yang sekarang entah merimba kemana,
Aulia CRN (uli), A Darasita A (raras), Athaya L (aya), Adnan P (adnan), Aida RD (ajat), Awal AF (aso), B Muthi'ah EP (muthi'ah), Chaesari S (sari), Dita C (dita), Dandy AT (dandy), Dinda DR (dinda), D Fajrin (fajrin), Erwin, Geraldo BM (aldo), G Christie K (christie), GK Intaning P (intan), Isdina FSS (isdina), I Adji MS (aji), J Kurniadi D (adi), Jenada GP (jena), Mario B (mario), M.R Gizara (gizar), M. Barqil KA (barqil), M. Husein (husein), M. Fauzan H (ocan), M. Fachri Y (fachri), M. Febrianza EP (febri), M. Rizky K (rizky), Nidia B (nidia), Nurfadhilah SS (neno), Nurul KW (nurul), Ranggo APH (ranggo), Zulfikar AA (fikar).
Dan terakhir, salam rindu dan terimakasihku untuk Beliau wali ter-inspiratif kami,
Sir Abdul Hakim Alle (yang hari ini tengah mengejar impiannya yang pernah ia tuturkan pada kami, berdiri di Amerika) :')


Yogyakarta, 13 Januari 2013
Ketikan Pemimpi

January 05, 2013

Kejujuran Untuk Sebuah Kemustahilan ~

Malam..
Gak tau mau mulai dari mana. Gak ada bahagia hari ini. Malah apa coba? Endingnya gue nangsi 2 menit. Gue gak bisa cerita. Bukan gak mau, tapi gak tau kenapa setelah gue berpura-pura untuk gak ada apa-apa, gue gak bisa cerita banyak. Ke siapapun.
Tapi malem ini, setelah kejadian "bersejarah", gue bener-bener ngungkapin semuanya ke Ayah. Semua apa yang gue mengerti. Tentang kepura-puraan beliau menjadi orang sabar & bijaksana di depan kita selama ini, tentang kondisi yang selama ini di perbincangkan di belakang gue, tentang semuanya! Semua hal yang beliau pikir mungkin gue polos dan gak ngerti apapun.
Bukan mau nambah beban pikiran, tapi gue udah bener-bener gak sanggup untuk terlalu lama diem. Gue anak sulung, gue anak perempuan, gue gak mau ngeliat kondisi yang semakin lama bukannya semakin membaik malah semakin menimbulkan perpecahan dalam keluarga. Gue cuma berusaha mempersatukan, walaupun gue sendiri tau itu MUSTAHIL :')