September 10, 2012

Potret : MImpiGue


did you know hah?? My BIGGEST dream adalah stay di Paris, Perancis untuk waktu yang lama :D kedengaran gila, tapi apa yang nggak mungkin? Everything's possible selama kita mau berusaha. Gue pengen berusaha sekeras mungkin biar gue bisa kesana, paling tidak gue bisalah kuliah disana. Itu adalah suatu hal yang ALHAMDULILLAH BANGET!! Apa yang buat gue bersikeras kesana?? Sastra Inggris. Ya, gue pengen sekolah/kuliah disana dengan jurusan Sastra Inggris. Disanalah tempat yang tepat untuk belajar sastra. Kenapa mesti disana? Kenapa gak di tempat laen? Ya, ada alasan kedua. Dari survei gue ke kebanyak hasil foto pada fotografer dunia, gue lebih jatuh cinta pada view di Paris atau daerah2 Perancis lainnya. Terlihat lebih menarik dan menghipnotis seluruh pengamatnya. Salah satunya adalah gue. Selain pengen sastra inggris, gue juga pengen jadi fotografer handal. Dan gue yakin, disana gue bisa jadi seperti apa yang gue mau. 
Biggest Dream, Sastra English, Nice View to Photograph. Once, gue targetin bakal nginjak Paris sebelum gue 25 Tahun (kalo nggak kesampean kuliah disana). Selain pengen kuliah, gue juga pengen banget ke sana pake isi dompet gue sendiri. Udah kelewat batas kalo mau di pikir sampe kuliah gue masih harus minta sama ortu. Sekalipun masih tanggung jawab mereka, tapi kalo gue bisa untuk berusaha sendiri untuk nyari duit kenapa enggak? Toh walaupun gue gak pinter dalam bidang pelajaran, gue masih bisa di bidang non akademik. Banyak hal yang gue yakini gue bisa dan gua tau ada jalannya. Pinter pelajaran kan gak selamanya nentuin suksesnya kita. So? Intinya gue pengen ke Paris dengan isi dompet gue sendiri.
GIVE ME YOUR PRAY READERS :D O:)

Jepret II : NGASAL XD


Taman Lampion dengan Sejuta Cinta :D

Place : Monumen Jogja Kembali
Camera : Canon 600D
Lens : 18.55 mm
Photograph : @nvadhilah

September 02, 2012

Jepretan I : Model

hasil pertama foto model gue XD ancur dulu gapapalah, awal meniti career menjadi fotografer ternama :)) *amiin*

Model : Asgiedha
Photograph : Nvadhilah
Camera : Canon 600D
Lens : 18.55 mm
Location : Salonsa Beach, South Sulawesi

September 01, 2012

Bukan Orang yang Senang Bergelut dengan PELAJARAN!!

Bertemu dengan suasana dan sorot mata yang baru bukanlah hal mudah bahkan untuk sekedar di lihat, di rasakan atau bahkan di dengarkan. Lebih sulit lagi untuk membiasakan diri terhadap segala sesuatu yang bersifat baru yang kemudian akan menjadi sahabat untuk beberapa waktu yang lama. Bukan hal mudah namun harus di biasakan mulai dari saat permata mendapatkannya. Dan hal itulah yang sekarang gue dapatkan di sekolah baru gue ini. Namun dengan kepandaian beradaptasi yang gue miliki berkat keturunan sifat dari ayah dan ibu, gue mampu menjalaninya dengan baik dan mulus.
Setelah fortasi (sekolah gue nyebutnya forta'aruf) selesai, cerita sebenarnya baru benar-benar terjadi dan terasa setelah libur lebaran selesai. KBM (kegiatan belajar mengajar) di mulai seperti biasa, pagi sampai siang bertemu guru mata pelajaran dan setiap satu atau dua jam seluruh siswa akan keluar dari kelas sebelumnya menuju kelas yang lainnya secara bersamaan (moving class). Rabu dan Jum'at setelah jam terakhir akan ada ekstrakulikuler. Dan seperti itulah cerita berulang setiap harinya hingga hari Sabtu, hari terakhir sekolah sebelum weekend dan kembali aktif pada hari Senin. Kedengarannya membosankan, tapi bagi seorang siswa sekolah justru memutar otak sedikitnya 180 derajat setiap harinya untuk memikirkan setiap kalimat buku maupun perkataan guru, untuk 5-6 pelajaran setiap harinya. Sangat amat rumit. Kondisi seperti itulah yang terkadang tidak sedikit siswa yang ingin cepat-cepat melewati masa menjadi pelajar dan segera menghabiskan waktu di bangku kuliah atau bahkan langsung sukses. Namun yaah, yang namanya hukum alam pendidikan harus di tempuh sesuai waktu yang di berikan. Walau tak jarang terjadi hal yang mengharuskan pendidikan tersebut di tempuh dalam waktu yang lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari yang semestinya. Dan sekali lagi, itulah yang gue rasakan sekarang. Dilema. Bingung dalam memutuskan tujuan hidup sendiri. Di satu sisi dengan sekolah elit yang berfasilitas lengkap serta aktif dalam banyak kegiatan seperti ini gue pengennya aktif dalam keorganisasian dan keanggotaan Paskib dan melupakan beban pelajaran. Tetapi disisi lain, melupakan pelajaran samadengan menggantung diri sendiri pada tali berbentuk lingkaran yang di gantung di atas plafon. Simple nya, gue bukan tipe orang yang suka bergelut dengan ribuan teori dan materi yang mengharuskan gue memutar otak 180 derajat setiap hari untuk memikirkan segala hal yang bahkan terbilang sangat sepele. Gue lebih senang berkutat dengan hape, laptop, camera, join di organisasi manapun yang berbau positif dan melatih gue untuk berdiskusi dan membuka pikiran, latihan baris berbaris bersama senior-senior dan teman-teman seangkatan yang berminat, memotret segala ekspresi gokil, aneh serta lucu manusia di sekitar gue, menangkap banyak hal dengan mata dan menyimpannya di memori otak lalu mengutarakannya dalam ketika-ketikan jari gue sampai akhirnya mem-publish nya dan membiarkan semua mata membacanya. Simplenya, berbagi pengalaman melalui tulisan. Gue merasa lebih nyaman dengan rangkaian aktifitas tersebut daripada harus mengikuti banyak teori setiap harinya. Itu sebabnya, sebelum akhirnya gue memutuskan untuk mengiyakan keputusan sang ayah untuk masuk ke SMA Muhammadiyah 1, Yogyakarta, gue sempat merajuk ingin sekolah di sekolah minat/bakat saja. Maksudnya apa? gue lebih senang menerapkan cara mendidik orang luar Indonesia yang hanya menjuruskan anaknya pada satu kemampuannya sejak kecil. Menurut gue itu lebih efektif, tidak perlu menguasai banyak hal cukup sesuai dengan kemampuannya dan ia pun bisa sukses, bahkan lebih sukses daripada orang yang tau banyak yang setiap hari bergelut dengan belasan buku pelajaran dengan metode yang berbeda-beda. Segenap usaha gue mencari-cari sekolah minat/bakat untuk tingkatan SMA di Indonesia, tapi gue gak menemukan satupun. Memang, sekolah khusus seperti itu hanya berada di luar Indonesia. Gue pengen hengkang dari Indonesia dan langsung terjun ke negara orang. Namun dengan pertimbangan biaya yang akan memberatkan orangtua gue (sekalipun mereka bilang "gak papa nak, demi pendidikanmu", tetep aja nggak enak sama ortu), perbedaan Holiday Season dan tahun ajaran baru Indonesia dengan orang-orang barat yang nantinya memungkinkan gue menyelenggarakan lebaran bersama orang berkulit putih dan berbahasa asing, akhirnya membuat gue mengurungkan niat gue sekarang ini. Tapi bukan berarti nggak berlanjut. Gue tetep nargetin diri gue bisa keluar dari Indonesia, namun dengan jalur schoolarship. Gue nargetin setelah satu setengah tahun di Muhi YK gue bisa dapet schoolarship itu, tapi kalo nggak bisa juga ya sudahlah, gue bakal kembali mencoba saat akan memasuki universitas dan gue bertekad HARUS BISA!!!
Bingung? kenapa gue semangat banget pengen hengkang dari Indonesia? Pemikiran orang-orang sekitar gue adalah gue lari dari masalah pribadi yang seringkali membebani pikiran gue. Namun itulah orang-orang yang doyan nge-judge gue. Keinginan keras gue untuk hengkang dari donesia dikarenakan dua alasan. Pertama, gue bosen bergelut dengan pelajaran gak penting yang bukan menjadi pemacu mau jadi apa gue nantinya. Kedua, jalan inilah yang bakal buat gue sukses dan akhirnya bisa banggain ortu, sodara, keluarga, temen dan nunjukin ke para tukang judge bahwa gue nggak lari untuk menghindar tetapi berlari untuk menemukan apa yang gue cari. Dan gue HARUS BISA !!