April 09, 2013

Belum Ada yang Pupus

Malam, selalu menjadi waktu terbaik untuk memikirkan banyak hal. Padanya pula aku sering memanjatkan doa untuk sang Ilah. Banyak hal yang ku pinta. Termasuk kebaikan dalam segala yang ku pilih untuk ku jalani. Maksudnya, kebaikan dalam memilihmu sebagai sandaran, memilih mereka sebagai kakak dan sahabat.
Minimal, dalam sehari aku mengulan bait doa itu sebanyak 5 kali. Kau tahu? setiap pengulangan itu pula namamu tak pernah lepas. Mereka juga. Hanya saja kadar keseringannya lebih sering padamu. Sebenarnya, terasa sedikit kebingungan. Mengapa aku tak mampu berhenti melantunkan namamu dalam setiap doaku, sedang kau seperti berhenti memandang ke arahku. Benar. Aku benar-benar bingung. Sesekali menebak, mungkin karena kehadiranmu dulu yang datang tepat saat aku membuka pintu kepercayaan lagi mengenai cinta. Dan kau berhasil menaklukkannya. Kau berhasil merenggut kepercayaanku dan kau bawa menuju relung jiwamu. Bahkan, setelah sempat aku meninggalkan cerita kita berbulan-bulan, hiruk-pikuk manusia mengabarkanku tentang kesetiaanmu menunggu hadirku kembali. Yah, jelas tak hanya bualan, semuanya terbukti pada omonganmu melalui media, juga terbukti setelah kepulanganku. Saat itulah aku belajar memberanikan diri untuk kembali percaya tentang hal kecil bernama cinta.
Sangat disayangkan. Begitu aku meletakkanmu pada prioritas utama, begitu aku mulai merasakan kenyamanan hebat saat di sebelahmu, begitu aku mulai bernai menyaut uluran tanganmu untuk kau genggam, kau menghilang. Sebenarnya, bukan menghilang hanya seperti pergi dariku. Karena kau masih terlihat pada beranda mediaku. Masih sering muncul dengan percakapanmu bersama orang lain. Tetapi sayangnya bukan aku. Aku merasa seperti teracuhkan olehmu saat itu. Entah, itu hanya perasaanku atau benar realitanya seperti itu yang kau lakukan.
Setelah kisahmu yang tiba-tiba menjauh tanpa berkata apapun padaku, mulai muncul spekulasi untuk meninggalkanmu. Dorongan-dorongan mereka untuk melupakan dan mencoba memikirkan hal baru. Sayangnya, mereka termasuk dalam usaha yang gagal. Tidak semudah itu menjatuhkan percayaku pada seseorang jika bukan dengan mata-kepala-telingaku sendiri yang mendapati kemunafikan orang yang ku percaya. Apalagi kamu, orang yang telah berhasil mengembalikan kepercayaanku seutuhnya tentang cinta.
Sepanjang spekulasi itu memenuhi mediaku, aku masih terus menaruh percaya padamu. Aku masih terus berusaha untuk memikirkan segala hal positif tentangmu. Aku berhenti mencari di media, bukan karena spekulasi yang muncul. Lebih tepatnya, karena aku yang tak ingin mengganggu konsentrasimu yang ku tahu sementara mengejar mimpi yang telah kau gantung tinggi. Aku berhenti mencarimu, untuk membiarkanmu meraih sukses yang kau inginkan.
Tetapi aku yang berhenti pada itu, bukan melupakanmu. Justru kau melakukan pemikiran yang salah besar jika terlintas seperti itu. Aku masih menunggumu. Menunggu penjelasan jujurmu, menunggu hadirmu kembali, menunggu uluran tanganmu lagi. Dan lagi, aku masih percayaimu. Percaya tentang kau yang akan kembali esok hari dan akan kembali memberiku kenyamanan yang utuh. Seperti kemarin.
Aku masih padamu. Tak peduli sebanyak apa spekulasi berkonotasi negatif tentangmu. Yang jelas, kepercayaanku belum runtuh untukmu. Masalah spekulasi itu benar atau tidak adanya, aku telah persiapkan diri untuk menerima sakit luar biasa jika itu benar. Sudahlah, itu masalah di belakang nantinya, yang terpenting sekarang aku masih menunggmu. Sama seperti yang kau lakukan saat aku tak hadir padamu. Masih. Akan. Terus menunggu hadirmu, lagi....
Lihatlah............... :')

No comments:

Post a Comment